Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian pemuda
2. Menjelaskan pengertian sosialisasi
3. Menjelaskan internalisasi belajar dan sosialisasi
4. Menjelaskan proses sosialisasi
5. Menjelaskan peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat
6. Menjelaskan pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
7. Menjelaskan 2 pengertian pokok pembinaan dan pengembangan generasi muda
8. Menjelaskan masalah-masalah generasi muda
9. Menjelaskan potensi-potensi generasi muda
10. Menjelaskan tujuan pokok sosialisasi
11. mengembangkan potensi generasi muda
1. PENGERTIAN PEMUDA
Pemuda
adalah manusia yang berusia 15 – 30 tahun, secara biologis yaitu
manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti
adanya perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah
memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah bagi pria
biasanya pada usia 11 – 15 tahun dan keluarnya darah haid bagi wanita
biasanya saat usia 9 – 13 tahun.
Pemuda
adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam
harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti
karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan
melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan
melanjutkan estafet pembangunan.
2. PENGERTIAN SOSIALISASI
Kata sosialisasi berasal dari kata
sosial. Kata “sosial” digunakan untuk menunjukan sifat dari makhluk
yang bernama manusia. Sehinga munculah ungkapan “manusia adalah makhluq sosial”.
Ungkapan ini berarti bahwa manusia harus hidup berkelompok atau
bermasyarakat. Mereka tidak dapat hidup dengan baik kalau tidak berada
dalam kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain untuk hidup secara
memadai dia harus berhubungan dengan orang lain. Masing-masing manusia
(orang) saling membutuhkan pertolongan sesamanya.
3. INTERNALISASI BELAJAR DAN SOSIALISASI
Apa yang terjadi atau yang dilakukan dalam proses sosialisasi itu ?
Pertama adalah proses belajar atau belajar sosial,
yaitu seseorang mempelajari berbagai macam peran sosial. Pada peran
sosial itu ada berbagai fungsi yang harus dijalankan, yakni fungsi atau
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain atau kelompoknya. Peran
sosial merupakan pola-pola tingkah laku yang umum yang dilakukan oleh
orang yang mempunyai posisi sosial yang sama atau sederajat. Atau dengan
kata lain yang di pelajari adalah bentuk tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain atau masyarakat. Juga termasuk mempelajari seluk-beluk
bahasa yang digunakan setiap hari.
Kedua, proses sosialisasi adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial.
Loyalitas sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap
saling menerima dan saling memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat
mudah melihatnya pembentukan kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga.
Setiap anggota keluarga selalu setia sesamanya. Di dalam kelompok dan
masyarakat juga kesetiaan sosial ini berkembang, sebagai dasar kesatuan
dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata lain kesetianan sosial
berkembang mulai dari kelompok yang sederhana hingga kelompok yang lebih
luas.
4. PROSES SOSIALISASI
Ada 2 teori proses sosialisasi yang paling umum
digunakan, yaitu teori Charles H. Cooley dan teori George Herbert Mead.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi dan sering menang di berbagai lomba.
2. Seorang anak membayangkan bagaimana orang lain menilainya.
Dengan perasaan bahwa dirinya hebat, anak membayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia merasa orang lain selalu memujinya, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini muncul akibat perlakuan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, orang tua selalu memamerkan kepandaiannya.
3. Apa yang dirasakan anak akibat penilaian tersebut.
Penilaian yang positif pada diri seorang anak akan menimbulkan konsep diri yang positif pula.
Semua tahap di atas berkaitan dengan teori labeling, yaitu bahwa seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak di beri label “nakal”, maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai “anak nakal” sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, meskipun penilaian itu belum tentu benar.
Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan:
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Teori Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi antar manusia
yang akan menghasilkan konsep diri (self concept). Proses pembentukan konsep
diri ini yang kemudian disebut Cooley sebagai looking-glass self terbagi
menjadi tiga tahapan sebagai berikut.
1. Seorang anak membayangkan
bagaimana dia di mata orang lain.Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi dan sering menang di berbagai lomba.
2. Seorang anak membayangkan bagaimana orang lain menilainya.
Dengan perasaan bahwa dirinya hebat, anak membayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia merasa orang lain selalu memujinya, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini muncul akibat perlakuan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, orang tua selalu memamerkan kepandaiannya.
3. Apa yang dirasakan anak akibat penilaian tersebut.
Penilaian yang positif pada diri seorang anak akan menimbulkan konsep diri yang positif pula.
Semua tahap di atas berkaitan dengan teori labeling, yaitu bahwa seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak di beri label “nakal”, maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai “anak nakal” sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, meskipun penilaian itu belum tentu benar.
Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan:
- Semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
- Mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
- Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
- Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
5. PERANAN SOSIAL MAHASISWA DAN PEMUDA DI MASYARAKAT
Peranan Mahasiswa
Mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang sedang
menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan formal. Kelompok ini
sering juga disebut sebagai Golongan intelektual muda
yang penuh bakat dan potensi. Posisi yang demikian ini sudah barang tentu
bersifat sementara karena kelak di kemudian hari mereka tidak lagi mahasiswa
dan mereka justru menjadi pelaku-pelaku intim dalam kehidupan suatu negara atau
masyarakat.
Mahasiswa sebagai calon pemimpin dan Pembina pada masa depan
ditantang untuk memperlihatkan kemampuan untuk memerankan peran itu. Jika gagal
akan berdampak negatif pada masyarakat yang di pimpinnya, demikian pula
sebaliknya. Dalam perubahan sosial yang dasyat saat ini, mahasiswa sering
dihadapkan pada kenyataan yang membingungkan dan dilematis. Suatu pilihan yang
teramat sulit harus ditentukan, apakah ia terjun dalam arus perubahan sekaligus
mencoba mengarahkan dan mengendalikan arah perubahan itu; ataukah sekedar
menjadi pengamat dan penonton dari perubahan atau mungkin justru menjdi korban
obyek sasaran dari perubahan yang dikendalikan oleh orang lain.
Melihat
realitas dan tantangan diatas,mahasiswa memiliki posisi yang sangat berat namun
sangat strategis dan sangat menentukan .Bukan zamannya lagi untuk sekedar
menjadi pelaku pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang
dan akan terjadi;tetapi harus mewarnai perubahan tersebut dengan warna
masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut adalah benar-benar
masyarkat yang adil dan makmur.
Peranan Pemuda
Masyarakat membutuhkan peran sertapemuda untuk
kemajuan bersama. Pemuda adalah tulang punggung masyarakat. Generasi tua
memilki keterbatasan untuk memajukan bangsa. Generasi muda harus mengambil
peranan yang menentukan dalam hal ini. Dengan semangat menyala-nyala dan tekad
yang membaja serta visi dan kemauan untuk menerima perubahan yang dinamis
pemuda menjadi motor bagi pembangunan masyarakat.
Sejarah membuktikan, bahwa perubahan hampir selalu dimotori oleh kalangan muda. Sumpah Pemuda, Proklamasi, Pemberantasan PKI, lahirnya orde baru, bahkan peristiwa turunnya diktator Soeharto dari singgasana kepresidenan seluruhnya dimotori oleh kaum muda. kaum muda pula yang selalu memberikan umpan balik yang kritis terhadap pongahnya kekuasaan.
Sejarah membuktikan, bahwa perubahan hampir selalu dimotori oleh kalangan muda. Sumpah Pemuda, Proklamasi, Pemberantasan PKI, lahirnya orde baru, bahkan peristiwa turunnya diktator Soeharto dari singgasana kepresidenan seluruhnya dimotori oleh kaum muda. kaum muda pula yang selalu memberikan umpan balik yang kritis terhadap pongahnya kekuasaan.
Dengan demikian, dibutuhkan pembinaan yang
intensif terutama pembinaan moral agar pemuda memiliki rasa tanggung jawab
untuk membangun serta berjuan untuk kemakmuran rakyat, tidak hanya untuk
kepentingan pribadinya. Pembinaan dan pendidikan juga terutama ditujukan pada tumbuhnya
kesadaran.
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian pokok yaitu:
1. Generasi Muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya, guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
2. Generasi muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
7. PEMUDA DAN PERMASALAHAN
Berbagai permasalah generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain adalah:
1. Menurunnya Idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan generasi muda
2. Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
3. Belum seimbangnya antar jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal maupun non formal.
4. Kurangnya lapangan kerja /kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran / setengan pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat lajunya perkembangan pembangunan nasional.
5. Kurangnya Gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda.
6. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat pedesaan.
7. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
9. Tujuan Sosialisasi
Berbagai permasalah generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain adalah:
1. Menurunnya Idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan generasi muda
2. Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
3. Belum seimbangnya antar jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal maupun non formal.
4. Kurangnya lapangan kerja /kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran / setengan pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat lajunya perkembangan pembangunan nasional.
5. Kurangnya Gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda.
6. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat pedesaan.
7. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
8. POTENSI-POTENSI PADA GENERASI MUDA
Potensi-potensi
yang ada pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah:
a. Idealisme dan
Daya Kritis
b. Dinamika dan
Kreatifitas
c. Keberanian
mengambil resiko
d. Optimis dan
kegairahan semangat
e. Sikap kemandirian
dan disiplin murni
f. Terdidik
g. Keanekaragaman
dalam Kesatuan dan Persatuan
h. Patriotisme
dan Nasionalisme
i. Sikap Ksatria
j. Kemampuan
penguasaan ilmu dan teknologi
9. Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat
b. mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
c. membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
d. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.
a. memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat
b. mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
c. membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
d. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.
10. MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA
Pembinaan dan pengembangan potensi
angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih banyak diarahkan dalam
program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal. Mereka dibina
digembleng di laboratorium-laboratorium dan pada kesempatan-kesempatan praktek
lapangan.
Kaum muda-,memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyaraka dan bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
Kaum muda-,memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyaraka dan bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
STUDI KASUS:
Menurut saya, mahasiswa yang umumnya para pemuda adalah generasi penerus bangsa yang harus mampu membangun bangsa.
Pemuda merupakan suatu
potensi bagi negara sebagai armada dalam kemajuan bangsa. Peran pemuda
sangatlah penting dalam mengisi pembangunan dan mempertahankan kemerdekaan
bangsa, mengingat catatan sejarah peran pemuda senantiasa menjadi pilar dan
motor untuk mencapai kemerdekaan bangsa.
SUMBER REFRENSI:
No comments:
Post a Comment